Banyak Dokter Anak Salah Diagnosa

Image

Karena gejalanya yang mirip, memang agak sulit membedakan apakah si kecil terkena infeksi virus ataukah bakteri. Bahkan, seorang dokter anak pun sering kali melakukan kesalahan diagnosis sebelum meresepkan antibiotik.

Dalam sebuah survei terhadap 700 dokter anak dan calon dokter anak terungkap bahwa lebih dari separuh responden melakukan kesalahan diagnosis sedikitnya satu hingga dua kali dalam sebulan. Kesalahan diagnosis yang paling sering dibuat adalah membedakan infeksi virus dan bakteri.

Hampir separuh responden menyebutkan kesalahan diagnosis tersebut bisa membahayakan, paling tidak satu-dua kasus dalam setahun. Demikian menurut survei yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics edisi bulan Juli.

Namun, tidak dijelaskan jenis bahaya yang dimaksud karena mereka tidak punya skala untuk menilai tingkat bahaya penyakit. Namun, sebuah studi menunjukkan, sebanyak 32 persen dokter anak yang melakukan malapraktik mengklaim hal itu berawal dari kesalahan diagnosis.

"Memang diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menunjukkan dengan tepat berapa kali kesalahan itu sering terjadi," kata peneliti senior dr Geeta Singhal, asisten profesor pediatrik dari Baylor College of Medicine, AS.

Survei tersebut dilakukan terhadap dokter anak di tiga lokasi di Cincinnati dan Houston, AS. Diagnosis eror termasuk pada diagnosis yang salah, ditunda, atau keliru.

Para dokter anak tersebut sering kali gagal mengumpulkan informasi tentang riwayat medis atau hasil tes. Penyebab lain terjadinya kesalahan adalah orangtua pasien sering datang terlambat dari waktu yang seharusnya, gagal melakukan tindak lanjut hasil tes laboratorium, dan juga faktor orangtua pasien yang tak menuruti rekomendasi dokter.

Untuk mengurangi kesalahan, para dokter yang disurvei mengaku terus memantau perkembangan pasien, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, dan meluangkan waktu lebih banyak saat konsultasi dengan orangtua pasien.

Berangkat dari fakta tersebut, Singhal menyarankan kepada para orangtua untuk tidak ragu bertanya lebih lanjut kepada dokter jika tidak yakin dengan diagnosis yang diberikan atau mencari pendapat kedua.

"Berikan pertanyaan yang tepat dan perinci kepada dokter anak Anda, terutama jika Anda merasa tidak yakin dengan hasil diagnosis yang diberikan," katanya. Para orangtua juga disarankan untuk tidak memaksa dokter anak meresepkan antibiotik bila dokter memutuskan bahwa pasien tidak membutuhkannya.